Menampilkan postingan dengan label Cerpen Nasrudin
Terbayang di pelupuk matanya sang cucu yang menahan lapar. Terngiang di telinganya suara gemuruh dari perut cucu semata wayangnya itu menggambar…
Aku sedih setiap kali ibu bercerita tentang kisah hidupnya yang pahit. Ia sering kali berkata bahwa seharusnya aku tak ada di sisinya. Menyatu …
Setiap sore, wanita itu duduk di teras rumah besarnya yang telah dimakan usia. Serasi benar dengan sang pemilik yang hanya seorang wanita tua. Sela…
“Kang Mahmud itu memang hebat. Sakti,” ujar Lek Pram . Malam ini kami sedang jagongan di gardu melaksanakan ronda. “Sejak ia mengalahkan gerombolan …
Ustadz Umar keluar dari rumah Aisyah dengan wajah kusut. Salah satu santri di kelas diniyyah tempatnya mengajar. Mulutnya berulang kali membac…
(Nasrudin) Ustadz Bro membenahi songkok “Samber Geledek” yang bertengger anggun di kepalanya. Sehabis belajar kelompok saat takror begini dawuh-da…
Aku menatap benda itu sinis. Entah kenapa aku sangat membencinya.. Dari bau badannya saja bisa aku tebak bahwa benda itu sangat tidak sedap …