Daftar Isi [Tampil]
(Nasrudin)
Ustadz Bro membenahi songkok “Samber Geledek” yang bertengger
anggun di kepalanya. Sehabis belajar kelompok saat takror begini dawuh-dawuhnya
akan mengalir bak embun penghapus dahaga…(wedan..) Namanya Syihaburrohman,
tetapi panggilannya Bro, panggilan singkat dari Burro dari nama tengahnya.
Lebih keren kata para santri di kelas yang diasuhnya. “Songkok Samber Geledek” adalah
julukan untuk songkok lusuhnya yang mungkin semenjak ia mondok tidak pernah
diganti, apalagi dicuci. Karena songkok beludru itu sering terkena air makanya
berwarna kuning. Jadilah songkok itu mendapat anugrah gelar “Samber Geledek”.
Ustadz menebar senyum khasnya. “Kang Shomad, apa cita-cita sampeyan
nantinya?” ujarnya tiba-tiba. Rupanya hari ini ia memulai acara pendawuhan
dengan metode diskusi.
“Mau bikin TPQ, Pak. Biar anak-anak tetangga bisa baca al-Qur’an
dengan baik..” jawab Kang Shomad yang memang baru diwisuda Qiroati pas haul
kemarin.
“Ooo, bagus. Dengan kata lain nantinya punya lembaga, terus jadi Kyai
ya…” Yang digojloki mesam-mesem terkena jebakan. Anak-anak kelas dua Wustho pada
cekikikan.
“Lek Kang Sodron, cita-citane opoan?” tanya Ustadz Bro. Kang Sodron,
si lugu nan lutuk hanya prengas prenges. “Pengen bermanfaat, Pak..”
“Bentuk’e?” buru Ustadz Bro.
“Nggeh bisa mengamalkan ilmunya walaupun nggak seberapa, terus
mengarahkan keluarga dan masyarakat ke arah kebenaran…” Wueeeee!!! Anak sekelas
bersorak.
“Berarti mengamalkan ilmunya, akhirnya punya santri juga dan
akhirnya jadi Kyai?” Skak lagi.
“Lha sampeyan Kang Rosyi? Dadi opo?” ganti Kang Rosyi, si Tampan Mairil
kelas yang tersipu. Kalau sudah seperti itu biasanya Kang Dul mendaratkan
tangannya ke pipi Kang Rosyi. Gemes.
“Seng penteng sholat, ngaji, istiqomah sampek mati…” jawaban ini
kayaknya nggak bisa di skak oleh Ustadz Bro. Ustadz Bro manggut-manggut, kami
bertepuk tangan untuk si Tampan Mairil Kelas.
Tiba-tiba Gus Koplo yang memang terkenal kekoploannya menyahut
dengan garang, “Lha aku nggak ditanyai to, Pak!!!” katanya sembari mengunyah
kertas buku di tangannya. Gus putra pengasuh yang terkenal jadzab itu emang
kumat-kumatan. Dia telah menyelesaikan semua kewajiban hafalan dalam waktu
singkat. Pelajaran, kalau dia pas nggak kumat koplonya juga akan segera
dipahaminya, lalu teman sekelas tinggal copy paste dari otaknya. Ustadz Bro
terkejut. “Oh, Nggeh monggo Gus, peyan cita-cita apa?” Katanya kemudian.
“Aku mau jadi artis papan atas, punya band yang diidolakan wanita,
dan jadi selebriti jos ngalahin si Rel Sepur dengan Band No Ancur-nya!!” jawab
Gus Koplo tanpa mengurangi nada suaranya yang tinggi. Anak-anak cekikikan
sendiri. Rel Spur adalah artis nomor wahid di NKM (Negara Kesatuan Mustatar)
yang baru keluar dari penjara gara-gara video hotnya bersama Lulu Goyang
tersebar. Ketika ia keluar penjara Band No Ancur yang dibentuknya justru
melambung bak roket.
“Lho kok artis, Gus?” tanya
Ustadz Bro penasaran.
“Jelas enakan jadi artis daripada nggantiin Abah jadi Kyai..Jadi
artis mau kawin berapa kali, bahkan zinapun, gak masalah. Justru setelah berulangkali
zina malah semakin dipuja. Kaum hawa ngantri ama anunya. Kalau jadi Kyai,
wayuh, wuaaah langsung dihujat dan dibicarakan senegara…” pikiran kami langsung
tertuju pada Aa Greng, Da’i kondang yang namanya ditenggelamkan media gara-gara
poligami. Kali ini Ustadz Bro malahan melepas songkoknya pertanda pusing.
“Malahan kalau jadi artis, keluar penjara gara-gara narkobapun seakan pahlwan
pulang dari medan perang. Kyai masuk penjara? Santri bubar. Artis kelonan,
tambah kaya. Ustadz ngilikitik santri Tpq putri, masuk penjara dan koran
memasang judul “Ustadz Cabuli santri TPQ”,” cerocos Gus Koplo makin gencar
membuat sang Ustadz mengacak-acak rambutnya. Pelan-pelan Gus Koplo mengeluarkan
permen Sikil dari saku lalu menikmatinya seperti orang merokok.
“Kok gila ya,”pikir Ustadz Bro. “Artis ahli zina, ahli narkoba
dipuja, disanjung, dielu-elukan. Tapi yang baik, halal, sah, malah dicela. Ada
yang menuntut atas nama agama. Ada yang memperjuangkan hak kesetaraan gender.
Ada yang atas nama perasaan. Sebenarnya yang sinting itu media ataukah massa?
Media sinting, bobrok, porno, mengusung berita artis kesayangan dengan tanpa
mencelanya. Memajang patung si artis padahal orangnya masuk penjara gara-gara
narkoba. Sebenarnya yang edan itu orangnya atau zamannya sih? Waduh….Orang milih
idola nggak pernah peduli. Kan orang itu akan dikumpulkan dengan yang
disukainya. Apa mereka nggak ingat hadis itu? Wong aibnya sudah bukan aib lagi,
bahkan derajatnya kalau di qodaf, di dalih, dituduh zina, maka si qodif nggak
dihad. Lawong masyhur gampang gituan. Apa para wanita itu lebih seneng digilir
untuk menikmati “goyang” sama artis daripada diwayuh Kyai yo? Ah, ya nggak
ding. Tapi kalu diwayuh yo emoh. Terus yang sinting siapa? Artis gonta ganti
pasangan kumpul kebo, katannya sensasi dan infotainment. Opo bener yo, enakan
cita-cita jadi artis dan punya band kondang daripada jadi Kyai?” Ustadz Bro
membanting Songkok Samber Geledek. Anak-anak tertawa gembira. Biasanya kalau
sudah kalah obrolan, pasti segera pulang. Dan kali ini Ustadz Bro ternyata
benar-benar pusing dan skak mat oleh Gus Koplo. Mungkin baru besok dia akan
memberi jawaban dengan dalil dari kitab kuning. Ia berlalu sampai lupa mengucap
salam penutup. Seakan dikomando anak-anak berseru “Wa’alaikum salam
warohmatullohi wabarokatuh!!!....” Ustad Bro tidak mendengar lagi karena
pikirannya diusik pertanyaan; masih adakah santri waras yang tidak mengidolakan
artis pelaku zina terang-terangan dan artis konsumen narkoba? Ataukah semua
santri telah sinting?
R.3 1 Juni ‘13