Daftar Isi [Tampil]
(Nasrudin)
Haiah ash-Shofwah adalah ikatan santri
alumni Sayyii Muhammad bin ‘Alawy al-maliki al-Hasani, penulis kitab Mafahim
Yajib an Tushohhah. Organisasi ini gencar melakukan pembentengan akidah
ahlusssunnah wal jamaah dengan melakukan dauroh, semacam seminar, dan
pelatihan-pelatihan dan pendidikan paham Aswaja. Tanggal 29-31 Maret 2013,
ash-Shofwah mengadakan pelatihan di
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo.
Training of Trainers (pelatihan para pelatih) adalah nama
kegiatan yang diadakan haiah ash-shofwah tersebut. Saya bersama Ust. Mahsun di
percaya untuk berangkat mengikuti acara itu. Sejatinya yang diundang adalah KH
Abdul Kholiq. Karena ada kesibukan lain, lalu undangan itu dibebankan kepada
Gus Andi Ali Akbar. Karena beliau juga tidak bisa berangkat, akhirnya turunlah
undangan itu ke level lebih bawah.
Kami agak terlambat tiba di PP Salafiyah Syafiiyah. Tepat
maghrib kami baru tiba disana. Untunglah ada seorang santri yang kami lupa
menanyakan namanya, mau berbaik hati mengantarkan kami dari pertigaan jalan
raya menuju ke pondok. Saat itu ojek maupun becak sudah tidak nampak beroperasi
dijalanan. Shalat Maghrib.
Setiba di areal pesantren yang sangat luas itu, kami belum
bisa langsung istirahat karena harus mengurusi administrasi. Mungkin karena
saking banyaknya santri, sebagian santri yang kami tanyai tentang adanya
kegiatan TOT mengatakan tidak tahu dimana bagian sekretariat maupun penginapan.
Setelah berkeliling agak lama, barulah kami dapati seorang santri yang ternyat
salah satu kepala kamar. Ia langsung mengantarkan kami ke bagian penginapan.
Sekali lagi kami lupa menanyakan namanya. Disana kami lihat sudah banyak
peserta yang lebih dulu tiba.
Mengesankan. Karena ada yang berasal dari jauh. Paling barat
dari Sumedang Ja-bar. Juga ada dari Bandung. Lalu dari Sarang, tulungagung, dan
daerah lain di Jawa timur. Kami tahu nantinya bahwa jumlah semuanya ada 150
orang. Mayoritas mereka adalah kalangan Kyai muda, gus, dosen, mahasiswa tetapi
hanya sedikit, dan santri biasa macam kami hanya sedikit, dan hanya karena
diajak keluarga pengasuh yang ikut acara itu.
Selepas isya’, dalam kondisi masih kelelahan karena kami
baru tiba, acara pembukaan dimulai. Di sini banyak disinggung tentang gerakan
haiah ash-shofwah. Intinya organisasi ini bertujuan mengembangkan dan
menyebarkan metode dakwah Sayyid Muhammad
bin Alawy dalam membendung paham wahaby, syiah dan liberal yang terus
menggempur Indonesia. Demikian Menurut KH Ihya’ Ulumiddin, Al-Aminul ‘Am haiah
ash-shofwah. Disamping haiah sebagai pengatur satraegi dakwah, di beberapa
pesantren yang mempunyai alumni Ma’had sayyid Muhammad biasanya mendirikan
cabang atau jaringan dengan istilah Hawaari ash-shofwah (pembantu). Yang mana
programnya adalah mengikuti perintah dan membantu dakwah dan gerakan orgnisasi.
Sam’an wa thoatan. Tidak boleh punya program sendiri. Disinilah saya mengambil
kesimpulan bahwa gerakan ash-Shofwah, adalah solusi tepat bagi NU untuk
membentengi generasi mudanya dari gempuran tiga paham sesat tersebut. Karena selama
ini sepertinya apa yang dilakukan NU masih kurang efektif. Dalam jajaran
pengurus Hai’ah ash-shofwah sendiri juga diisi oleh orang-orang NU.
Hari esoknya (sabtu) semua peserta lembali mengkuti sesi
stadium general atau materi untuk umum, dengan Narasumber oleh Mufti propinsi
Syabwa, Yaman, Syeikh Abdul Qodir Atiq al-Baihani. Juga ditambah oleh Habib
Abdurrahman Balegha dari Pasuruan. Selanjutnya para peserta dibagi menurut pilihan
materi yang mereka sukai. Ada kelas Wahaby, Liberal dan Syiah. Masing-masing
kelompok akan mendapat penjelasan tentang paham tersebut serta solusi
penangkalnya. Sejatinya demikian tetapi karena narasumber kelas wahaby tidak
hadir waktu itu, maka hanya dua kelas saja yang aktif, sedang kelas wahaby
boleh berpencar sesukanya untuk memilih ikut materu keas liberal atau syiah.
Sebenarnya pemateri di kelas Liberal adalah DR. Adian
Husaini MA dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor, seorang pakar yang lama menjadi
“musuh bebuyutan” imam JIL, Ulil Abshar Abdallah. Tetapi karena berhalangan,
beliau mewakilkan kepada Gus Kholili Hasib MA, yang juga tidak kalah ahlinya
dalam memahami gerakan Islam Liberal. Sedang nara sumber kelas wahaby, KH
Muhyidin Abdusshomad, tidak datang. Untuk kelas Syiah, narasumbernya adalah
Prof. Dr. H. Habib Muhmmad Baharun, M.Ag.
baru pada malam harinya, kami bisa mndapat materi tentang paham wahaby
dari Dr. KH Abdullah Syamsul Arifin, M.H.I (Gus Aab).
Hari Ahad, hari terakhir menimbulkan kesan tersendiri. Pagi
itu kami di posisikan sebagai tiga kelompok besar yang berdiskusi. Namun tiap
kelompok memerankan sebagai salah satu dari Wahaby, Syiah, atau Liberal.
Disinilah sebagian peserta ada yang protes dengan sesi itu. Bagaimana kami
belajar tiga hari ini untuk menangkal paham mereka, malah hari ini kami belajar
atau memerankan menjadi mereka? Tetapi karena sekdar simulasi sebagai pelatihan
dalam menghadapi paham tersebut, maka panitia tetap meneruskan setelah memberi
alasan. Sesi in berlangsung seru. Karena ternyata masing-masing juru bicara
kelompok sanga fasih memainkan peran. Nyaris persis. Sampai –sampai pembimbing
presentasi nyeletuk “jangan jangan dari main-main jadi sungguhan..”
Sore hari adalah acara terakhir yang berupa taaruf dengan
pengasuh, KH R. Ahmad Azaim Ibrahimy. Beliau mengajak semua peserta untuk
keliling pondok putra. Ditunjukkannya tempat-tempat bersejarah dalam perjalanan
pesantren Salafiyah ini. Ada hal menarik ketika kami berjalan-jalan itu.
Dibagian depan Aula pertemuan terpampang benner raksasa yang bertuliskan “5
pesan KH As’ad Syamsul Arifin. Dari kelima pesan itu ada satu terbaca dan
paling saya ingat. Yaitu :” santri saya yang keluar dari NU jangan harap kumpul
dengan saya di surga.” Subhanalloh. Bukti kecintaan beliau pada Organisasi yang
ikut didirikannya.
Akhirnya setelah ashar, acara penutupan dilaksanakan. Sore
itu juga, setelah maghrib, seluruh peserta chek out untuk pulang. Beberapa
materi penting tentang Wahaby, Syi’ah, Liberal disertaan dalam bentuk CD.
Masing-masing pulang dengan beban dipundak untuk turut serta memahami paham
Aswaja sendiri sekaligus membentengi diri dan lingkungan dari kesesatan.
Catatan penting yang bisa kami sertakan disini, karena kalau semuanya tentu
ruang ini tidak cukup, adalah bahwa ketiga paham diatas begitu cepat berkembang
karena mereka mempunyai dana dan negara backing. Wahaby dengan Arab Saudinya,
Syi’ah dengan Irak, dan Liberal dengan USA.
Semoga bermanfaat.... Amiin. {_}