Daftar Isi [Tampil]
"Apa yang tuan sampaikan sangatlah menggembirakan hati kami,
Kabilah kami merasa tersanjung, dan memperoleh kehormatan dari tuan. Namun ada
baiknya tuan bersabar barang sejenak. Jika tuan-tuan mengamati dengan saksama,
maka akan tampak bahwa putri kami belumlah mekar sempurna, betapa sayang jika
sudah dipetik. Tunggulah hingga tiba saat yang tepat. Ketika bunga telah mekar
sempurna, telah masak dan siap dipetik. Karena bunga sempurna, keharumannay
akan menyebar ke setiap sudut." (Layla Majnun :91)
Demikianlah contoh jawaban dari para orang tua yang sering
dijadikan jawaban untuk orang yang datang meminang putrinya. kurang lebih sama.
Mungkin hanya beda redaksi namun isinya sama. Bisa dengan ungkapan, “Pada
dasarnya kami menrima saja asal sesama anak sudah sama suka. Kami orang tua
hanya bisa merestui. Tapi mohon berkenan agar mereka sama-sama selesai studi
dulu.” Ungkapan ini bila tidak disertai dengan pernyataan yang menyiratkan agar
mengikatkan kedua calon dalam ikatan- minimal pertunangan- So, ketahuilah, ini
adalah bahasa halus dari penolakan.
Pertanyaannya, tidak bisakah demi menunggu sang bunga mekar
sempurna, ditetapkan suatu ikatan yang melindungi sang bunga dari terpaan angin
nakal yang bisa saja bukan memetik tapi merontokkannya?
Lebih senangkah para orang tua membiarkan siksaan batin untuk putra
putri mereka dengan ketidakjelasan hubungan atau malah membiarkan mereka
terjerumus dosa?
Lebih aneh lagi mereka yang terjebak dalam gaya hidup yang katanya
modern. Bila ada seorang pemuda mengajak kencan anak gadis mereka, pacaran,
maka orang tua wellcome saja. Tapi saat ada pemuda yang ingin meminang
putrinya, maka mereka akan menanyakan pekerjaan, penghasilan, pendidikan dan
tetek bengek lainnya.
Pertanyaanya, apakah mereka lebih bangga mendapati anak gadisnya
melakukan zina ketimbang menikahkannya? Apa guna pernikahan jika sudah berzina
dahulu?
* Kutipan dari mana Yaaaaa????*